Sabtu, 21 Desember 2013

BUDIDAYA MOGOT


MOGOT atau belatung bisa digunakan sebagai pakan alternatif lele, untuk itu KUB Putra Agung mengembangkannya sebagai pendukung Budidaya Lele Organik, Budidaya Mogot masih dalam penelitian kami...

Perlengkapan peralatan:
1. Ember besar / tempat penampungan media
2. Pengaduk

Bahan-bahan:
- Ampas tahu : 10 kg
- Bekatul : 10 kg
- kotoran ayam : 5 kg
- Ikan asin / ikan curah : 1 kg (dihaluskan/dibebek)

Proses pembuatan:
Bahan-bahan dicampurkan diaduk hingga rata dan tempatkan dalam ember/tempat penampungan, kemuadian diamkan hingga 3-4 hari maka akan tumbuh belatung atau mogot yang merupakan makanan lezat bagi lele, dengan demikian dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan lele berkonsep budidaya lele organik, tanpa tergantung dari pakan pabrikan.

BUDIDAYA JANGKRIK

JANGKRIK

Jangkrik salah satu pakan alternatif budidaya lele bisa digunakan sebagai selingan pakan kompos bokasi untuk memenuhi nutrisi untuk pertumbuhan lele, budidaya jangkrik salah satu budidaya yang dikembangkan oleh Kelompok Usaha Bersama Putra Agung guna mendukung budidaya lele organik, saat ini masih dalam penelitian.., tunggu informasi selanjutnya dari kami.......

BUDIDAYA CACING SUTRA

CACING SUTRA

A.    Pendahuluan
Tehnologi perikanan belakangan ini telah berhasil memijahkan beberapa jenis ikan baik ikan hias ataupun ikan konsumsi dengan pemijahan alami ataupun buatan, akan tetapi keberhasilan dalam pemijahan larva ini tidak diikuti oleh keberhasilan dalam pengembangan teknologi pemeliharaan larva, yang ditandai dengan tingkat mortalitas yang masih tinggi. Padahal usaha budidaya ikan dan udang semakin giat dilaksanakan baik secara intesif maupun secara ekstensif. Salah satu penyebab rendahnya SR (Survival Rates/Tingkat Kehidupan) larva adalah masih rendahnya penguasaan teknologi penyediaan pakan, khususnya pakan alami.
Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu alternatif pemecahannya adalah mencari pakan alami yang lebih murah untuk menekan biaya akan tetapi nilai nutrisinya lebih lengkap. Penggunaan  pakan alami untuk budidaya ikan memiliki beberapa keuntungan selain harganya yang lebih murah juga tidak mudah busuk sehingga dapat mengurangi pencemaran kualitas air, lebih mendekati pada kebutuhan biologis ikan karena merupakan jasad hidup dan mempunyai kandungan gizi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan pakan buatan.
Salah satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal dengan cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah bisa memakan pakan alami. Cacing sutra ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar ke dalam air karena lebih sukai ikan. Cacing sutra (Tubifex sp) cukup mudah untuk dijumpai, dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya. Kemampuanya beradaptasi dengan kualitas air yang jelek membuatnya bisa dipelihara di perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan tercemar sekalipun. Selain itu juga bisa bertahan lama hidup di air dan nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Berbagai keunggulan ini membuat Cacing sutra (Tubifex sp) menjadi primadona pakan alami bagi dunia pembenihan. Namun ketersediaan pakan alami berupa cacing sutra masih tergantung pada kondisi alam sehingga dalam waktu – waktu tertentu sulit diperoleh

Pengembangan pakan alami cacing sutra masih tergolong tradisional. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan akan cacing sutra didapat dari alam. Hal tersebut dikarenakan teknologi budidaya dari cacing sutra ini belum berkembang dengan baik, sehingga masih mengandalkan tangkapan dari alam. Proses pengambilan cacing sutra dari alam membutuhkan penanganan khusus dan ketelatenan agar didapatkan cacing yang tahan dan dapat hidup di luar habitatnya hingga dapat didistribusaikan kepada konsumen.
Kandungan gizi cacing sutra cukup baik bagi pakan ikan yaitu berupa protein         (57 %), lemak (13,3 %), serat kasar (2,04 %), kadar abu (3,6 %) dan air (87,7 %). Kandungan nutrisi cacing sutra tidak  kalah dibanding pakan ikan alami lainya seperti Infusoria, Chalama domunas, Kotioero Monas .sp, Artemia .sp (Khairuman et al., 2008) 

B.     Budidaya Dengan Tray/Nampan Plastik
Budidaya cacing sutra dengan Tray/Nampan terhitung baru dilakukan. Sistem budidaya dengan menggunakan nampan ini baru ditemukan beberapa waktu yang lalu oleh pembudidaya cacing sutra, Bapak Agus Tiyoso. Pembudidaya tubifex sp  yang beralamat di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung ini menemukan ide budidaya dengan sistem tray ketika ada temannya bertamu dan lagi membicarakan cara budidaya cacing rambut. Ketika istrinya mau menyuguhkan minuman yang dibawa dengan nampan,  saat itulah terbersit ide untuk menggunakan nampan dalam berbudidaya “Si Emas Merah Berambut” ini.

Budidaya cacing sutra dengan menggunakan media nampan/tray ini bisa menggunakan System SCRS( Semi Closed Resirculating System). Sistem SCRS ini sebetulnya bukan hal baru pada sistem pembesaran pada budidaya udang. Sistem ini pada dasarnya mengolah dan menggunakan kembali air yang sudah dipakai pada proses budidaya udang. Pengisian air  baru dari luar sistem hanya dilakukan untuk mengganti air yang susut/berkurang akibat kebocoran ataupun evaporasi.
Pada sistem budidaya cacing sutra dengan menggunakan nampan/tray ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
1)      Lebih hemat dalam penggunaan air.
Air yang sudah melewati susunan media pada nampan/tray ditampung dengan wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan kembali ke media yang paling atas dengan menggunakan pompa air/dab.
2)      Menghemat Penggunaan Probiotik dan Obat-obatan lainnya.
Probiotik dan obat-obatan yang dicampur pada media tumbuh/substrat budidaya cacing sutra yang ikut terbawa arus air tidak terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung pada wadah bagian bawah wadah rak bersama air bisa digunakan kembali dengan cara dialirkan ke media yang paling atas dengan bantuan pompa air/dab.
3)      Budidaya cacing sutra dengan sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas, karena medianya disusun ke atas secar vertikal yang cenderung bisa juga dilahan yang sempit seperti disela-sela sekatan rumah ataupun tempat lainnya.
Agar kapasitas produksinya bisa maksimal ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya tubifex sp  dengan sistem tray/nampan ini, yaitu : 
Ø  Nampan diusahakan agar yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada dimedia tidak mesti mengulang dari awal budidaya yang biasanya membutuhkan waktu 50 – 57 hari mulai dari awal sampai dengan panen.
Ø  Kayu balok dan reng bambu yang dipakai juga diusahakan agar kwalitasnya juga bagus untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti patah/roboh akibat kayu/reng bambunya patah atau gampang rapuh.
Ø  Jumlah nampan/tray diatur sebanyak mungkin dengan tetap memperhatikan kekuatan rangka yang ada
Ø  Semakin banyak rak/susunan kerangka akan semakin banyak produksi cacing sutra yang akan dihasilkan

Jumat, 13 Desember 2013

BUDIDAYA LELE ORGANIK



BUDIDAYA LELE ORGANIK


Kebanyakan orang pada saat ini berpendapat bahwa Budidaya lele memiliki keuntungan yang sedikit  di karenakan tingginya harga pakan ikan berupa pelet yang di beli dari toko atau pabrik. Karena memang biaya terbesar dalam Budidaya ikan  lele adalah pakan. Bayangkan dengan  harga  pakan pelet jenis F99 seharga 12 ribu per kilo dan 1 karungnya 210 ribu, maka apabila kita memilki banyak kolam lele dan ditebar ribuan benih lele untuk di besarkan, biaya produksinya akan sangat mahal untuk pembelian pelletnya saja. Hal tersebut belum termasuk biaya pembelian benih ikan lele, obat-obatan dan lain-lain. Oleh karena itu kita harus bisa  mensiasatinya untuk memperoleh hasil maksimal dengan modal minimal walau hanya menggunakan bahan pakan yang biasa-biasa saja tetapi hasilnyakita harapkan bisa luar biasa.
Berdasarkan pengamatan dan praktek langsung dilapangan ternyata kita bisa memanfaatkan limbah organik berupa kotoran sapi dan ampas tahu sebagai alternatif pakan untuk ikan lele. Sehingga kita tidak  membutuhkan  modal yang terlalu  banyak untuk pembelian pakan pellet karena kotoran sapi dan ampas tahu bisa dengan mudah kita temukan. Kalau dijual pun kedua bahan tersebut relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pellet. Kita hanya perlu menyiapkan kotoran ternak sapi/kambing/kelinci dan obat penumbuh plankton yang bisa berupa Probiotik ( EM4 perikanan) dan tetes tebu/gula/molases. Menurut beberapa penelitian kotoran sapi lah yang paling cepat di uraikan dan menghasilkan  organisme berupa plankton sebagai pakan utama lele.
Cara pembuatan pakan alami dari kotoran sapi adalah sebagai berikut 
  1. Kumpulkan kotoran sapi yang telah di angin-anginkan selama kurang lebih 1 minggu
  2. Dalam keadaan kering kotoran sapi tersebut di masukkan ke dalam kolam
  3. Campurkan larutan fermentor/Probiotik EM4 dan tetes tebu/gula dengan perbandingan 1 liter fermentor 2 liter tetes tebu/gula dan 10 liter air sampai merata.
  4. Dalam waktu 7-10 hari akan tumbuh plankton-plakton yang akan menjadi pakan utama  lele.
  5. Cara pemberian pakan untuk lele cukup diambil beberapa ember dari kolam yang berisi plankton tadi kemudian di masukkan kedalam kolam lele dan dalam waktu kurang lebih 3- 4 bulan lele bisa di panen.
 Budidaya lele dengan pakan organik dari kotoran sapi banyak sekali manfaatnya, diantaranya adalah 
  • Kandang sapi menjadi lebih bersih. 
  • Hemat biaya perawatan.
  • Air kolam tidak berbau busuk.
  • Tidak perlu sering mengganti air kolam.
  • Lele organik mempunyai rasa daging yang lebih gurih.
  • Memberikan pendapatan tersendiri bagi peternak sapi disekitar.
  • Lebih aman untuk kesehatan.
  • Nilai gizinya lebih tinggi dan kolesterolnya lebih rendah.
  • Air bekas budidaya lele organik sangat baik untuk memupuk tanaman baik untuk pembibitan tanaman hortikultura (cabe, tomat dan lain-lain) ataupun untuk pembibitan tanaman keras seperti bibit jabon, sonokeling dan lain-lain.
  • Dan masih banyak lagi manfaat lele dengan pakan organik ini.
 Dalam usaha Budidaya lele kita juga bisa membuat ramuan pakan organik yang berbahan dasar "Ampas Tahu" dengan tujuan agar lele dapat berkembang seperti di habitat aslinya yaitu memakan makanan yang berasal dari bahan organik dan ikan lele akan tumbuh  dengan baik. Selain itu hal tersebut juga untuk menekan atau mengurangi biaya pengeluaran serta mengurangi menumpuknya limbah dari Ampas Tahu tersebut.
Setelah di Fermentasi 5 hari Pakan Lele Organik sudah bisa dimanfaatkan dengan ketentuan sebagai berikut :
  • Bisa diberikan langsung ke Lele dengan cara dikepalkan sehingga  lele bisa mengkonsumsi secara langsung
  • Disarankan diberikan ke Lele yang umurnya diatas 1 bulan dari penebaran ukuran benih 5-7/7-9, sebelumnya bisa diberikan dari hasil fermentasi dan pakan alami pupuk kandang 
  • Pemberiannya jangan bersamaan dengan pemberian pellet ikan
  • Prosentase pemberian 5% dari Biomas Ikan (1,5 – 2 kali jumlah pemberian pakan Pellet). 
  • Frekwensi pemberian pakan lele organik dari ampas tahu ini bisa 2 – 3 kali sehari  diberikan pada pagi/siang hari
Jadi  dari penjelasan diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa budidaya ikan lele organik sangatlah murah dan mudah. Sebab harga pakan lele pabrikan yang berbentuk pellet harganya terus mengalami kenaikan, saat ini sudah di atas Rp.7.000 . Sedangkan harga pakan lele organik cuma berkisar Rp.1.000 - 2.000 perliter atau pun per kg fermentasi ampas tahu tergantung harga bahan mentah yang digunakan.
Silahkan anda coba praktekkan  saja dulu…anda pasti akan menemukan teori sendiri dari pengalaman anda. Jika anda tak punya sapi, anda bisa mendapatkannya dari para peternaksapi yang ada di sekitar anda. Dan jangan khawatir bakteri yang ada di kotoran sapi sudah tidak berbahaya bagi  kita karena sudah melalui proses fermentasi. Jadi sekarang kita bisa dengan mudah berbudidaya ikan lele dengan pakan murah tetapi hasilnya tidak murahan. Dan bisa menggunakan pakan organikdari bahan yang biasasaja tetapi hasilnya luar biasa.